Mariposa (2020) - Yang Harusnya Cringe Tapi Malah Loveable

MARIPOSA (2020)

Romance | Comedy | Drama

Director : Fajar Bustomi

Writer : Alim Sudio, Luluk H.F (Novel)

Country : Indonesia

Release Date : 12 Maret 2020 (Indonesia), 4 Maret 2021 (Netflix)

IMDB : 6.8


 Satu tahun lalu saat film ini rilis di bioskop, saya yang awalnya punya niatan untuk menonton film ini harus mengurungkan niat karena permasalahan pandemi, dan jujur agak cukup kecewa saat itu karena sudah cukup memiliki niatan besar untuk menonton Zara disini, eeee... maksudnya film Mariposa. Sebenernya pas bioskop kembali dibuka dan film ini ditayangin lagi entah mengapa niatan saya udah berkurang banget, saya lebih memilih nonton Milea sama Demon Slayer malah waktu itu.

    Ketika tahu film ini akan rilis di Netflix, saya langsung mengumpulkan niat lagi untuk menontonnya, karena ya kalo di platform gitu kan bisa sambil tiduran nontonnya jadi kalo misal udah males nonton bisa diclose dulu terus nonton lagi nanti, yaa meskipun sensasi menontonnya jadi berkurang.

    Oke, jadi Mariposa ini mengisahkan soal Natasha Kay Loovy/Acha(Adhisty Zara) yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Iqbaal Guana Freedy(Angga Yunanda), Acha bertekad untuk berjuang mengejar cintanya kepada Iqbaal meskipun temannya yaitu Amanda(Dannia Salsabilla) sudah memperingatkan Acha untuk berhenti mengejar Iqbaal karena Amanda tahu kalau Iqbaal orangnya sangatlah cuek dan dingin, namun Acha tetap saja punya keinginan kuat untuk mendekati Iqbaal meskipun sudah ditolak berkali-kali.

`Film ini sebenernya mempunyai plot yang klise dan Fajar Bustomi, selaku sutradaranya masih menggunakan treatment cerita cinta remaja pada umumnya. Tapi hal klise kalau dibuat dengan cinta pasti hasilnya terkesan berbeda. Melihat bagaimana Fajar men-treatment film ini sangatlah kelihatan jika ia sudah menguasai segala aspek tentang permasalah percintaan remaja SMA. Mungkin berbekal dari pengalaman sentuhan magisnya di trilogi Dilan ya.

    Kolaborasi Alim Sudio dan Fajar Bustomi juga sangatlah solid dalam menghasilkan cerita klise namun tetap enak untuk diikuti bahkan sub plotnya juga ikut mendukung cerita tanpa merusak tatanan plot utamanya. Alim Sudio paham betul bagaimana mengatur ritme dalam sebuah penceritaan, ia seakan tau betul bagaimana menyeimbangkan antara teknik penceritaan yang baik dengan selera remaja. Karena saya yakin film ini lebih ditujukan ke remaja-remaja dan kebanyakan remaja ga akan terlalu suka sama gaya penceritaan yang rumit dan film ini punya gaya penceritaan yang klise bahkan bisa ditemukan di sinetron TV lokal namun Alim Sudio tetap bisa membuat film ini memiliki pondasi naskah yang solid dan tetap berada di jalur yang benar tanpa memaksakan aspek apapun.

    Untuk urusan akting, mungkin Adhisty Zara adalah yang paling menonjol disini, peran semacam Acha kalo ga diperanin seciamik Zara kemungkinan besar bakal cringe dan sangat amat menyebalkan. Sebenernya ada beberapa momen dimana Zara cringe sih, tapi cringenya itu gak yang bikin jijik dan males nonton gitu, malahan cringenya itulah yang membuat saya makin tertarik untuk mengikuti kisah Acha selanjutnya dalam mengejar Iqbaal. Disisi lain, Angga Yunanda juga cukup solid dalam menampilkan karakter Iqbaal yang dingin, yaa meskipun jujur saya masih lebih suka Angga di Dua Garis Biru. Bukan akting terbaiknya tapi Angga tetap membuat saya yakin jika Angga dipilih untuk memerankan Iqbaal karena dia punya kemampuan untum menampilkan Iqbaal yang terbaik untuk pembaca wattpad dan penikmat filmnya saja.

    Pemeran pendukung lainnya seperti Dannia Salsabilla,Abun Sungkar dan Junior Roberts juga memiliki porsi yang pas dalam mendukung alur cerita. Semua peran pendukung juga dibuat gak cuman muncul terus pergi, tapi selalu ada impact untuk perkembangan 2 karakter utama difilm ini. Dan scene stealer tentu saja jatuh kepada Ersa Mayori, dia mampu memerankan karakter ibu Acha yang hyper aktif dan penggemar berat dari K-Pop. Ariyo Wahab dalam memerankan ayah Iqbaal juga cukup menggambarkan bagaimana sosok ayah yang keras dalam mendidik anaknya. Ada scene dimana Ariyo Wahab yang menyita handphone anaknya karena menuntuknya agar fokus belajar dan ketika itu juga Acha meng-SMS Iqbaal dengan kata-kata yang sweet dan cringe dan yang membaca pesan itu adalah ayahnya Iqbaal yang keras itu hahaha. Sebuah teknik dasar dari komedi yang cukup dibawakan dengan baik dan ada di momen yang pas difilm ini.

    Untuk urusan sinematografinya, gambar film ini sangatlah cantik dan konsisten dalam menampilkan warna merah muda dan biru muda yang juga menggambarkan mood film ini secara keseluruhan. Dimas Imam Subhono selaku Director Of Photography sangat tahu membuat gambar yang eye candy dan dengan tetap mempertahankan gaya sinematografinya iya mampu membuat sentuhan magis yang baru dalam film ini. Dan ada 1 adegan tribute untuk film Dilan juga difilm ini dan itu pasti semua orang notice karena siapa si yang beloman nonton film Dilan, emang ada ya yang bloman nonton?

    Overall film Mariposa meskipun mempunyai cerita klise dan sangat amat berpotensi menjadi film yang cringe tapi Fajar Bustomi bisa memanfaatkan hal klise dan cringe menjadi sesuatu yang menarik dan loveable. Hal itulah yang membuat saya sangat menyukai film ini. 


I'M PROUD OF YOU MAS FAJAR BESERTA JAJARAN KRU DAN CAST LAINNYA and I LOVE YOU ADHISTY ZARA hehe


RATE PRIBADI 8.8 / 10

RATE KHUSUS UNTUK ZARA 1000/10

Comments