Ghibah (2021) - Sinetron Religi Yang Serba Nanggung Kayak Makmum

GHIBAH (2021) 


Horror | Gore 

Director : Monty Tiwa

Writer : Riza Pahlevi,Aviv Elham,Monty Tiwa & Vidya Ariestya

Release Date : 30 Juli 2021

IMDB : 5.6


    Saya sudah mendengar kabar tentang film ini sejak Februari tahun lalu dari seorang teman saya yang mengenal salah satu dari jajaran penulis film Ghibah ini. Dari judul saja sudah menggambarkan bagaimana garis besar isi cerita film ini, awalnya saya menurunkan ekspektasi karena waktu 2019 saya agak kecewa dengan Makmum. Dan ya, setelah menonton film ini memang jelas sekali keraguan saya benar-benar terjadi difilm ini.

    Ghibah bercerita tentang Firly(Anggika Bolsterli) seorang anggota jurnalis dikampus yang suka ghibah tentang keburukan orang lain bersama dengan Ulfa(Arafah Rianti) dan Dina(Zsa Zsa Utari) sampai suatu ketika ia merasakan akibat dari perlakuan buruknya tersebut.

    Ghibah menggunakan payung besar religi yang dicombine dengan unsur body horror juga  memakai selipan-selipan komedi, sama seperti kebanyakan film horror Indonesia kebanyakan. Saya tidak ada masalah dengan horror mainstream dan menurut saya jika naskah yang terbilang biasa saja jika eksekusinya bagus maka horror mainstream itu masih layak untuk dinikmati. Ghibah jelas bukanlah sajian horor modelan Pengabddi Setan maupun Sebelum Iblis Menjemput, disini menitik beratkan poin religinya sehingga saya bisa memaklumi jika horror difilm ini terasa begitu hambar. Namun jika memang ingin menyampaikan pesan tentang ghibah maka seharusnya jangan terkesan menggurui, untuk poin ini mungkin film seperti Mencari Hilal(2015) dari Ismail Basbeth bisa menjadi referensi soal pendekatan pesan-pesan religi yang tidak secara gamblang dikasih ke penonton karena saya cukup terganggu dengan adegan khotbah pas Sholat Idul Adha, menurut saya itu cukup fatal karena ustadz yang sedang berceramah tersebut terlihat seperti menyerang individu-individu yang menjadi jamaah disana dengan langsung menunjuk orangnya. Bukankah seharusnya jika ingin memberikan contoh jangan sampai mempermalukan orang lain di khalayak umum, sama seperti disalah satu adegan ketika Firly mempermalukan Yola(Josephine Firmstone) didepan banyak anak-anak kampus lainnya, apa ini benang merahnya?

    Adegan exorcism difilm ini juga cukup, ya cukup aja. Memang bukan menjadi fokus utamanya dan untuk Adila Fitri yang dulu sempet tampil di Makmum mendapat peran yang mirip-mirip lah dan lagi-lagi dia berhasil memberikan kualitas akting yang sangat baik disini, meskipun kesurupan kamu tetep cantik kok. Asri Welas yang selalu mencuri perhatian sebagai Cameo kali ini dia berperan sebagai ibu kos yang kebetulan punya anugerah untuk berkomunikasi dengan makhluk dari dunia sebelah dan bukan Asri Welas namanya jika tidak kuat dalam karakter yang dimainkannya. Mungkin yang agak ganjel disini adalah keberadaan Verrel Bramasta yang enggak terlalu penting-penting amat, dibilang sebagai love interestnya karakter Firly enggak, mau jadi abang-abangannya Firly juga enggak. Jadi ya fungsinya karakter dia disini cuman buat ngingetin Firly makan aja, ya suka-suka dia aja lah. Untuk jajaran cast lainnya terutama Anggika Bolsterli, You have a place in my heart and you deserve it, ya karena akting kamu loh mbak yang bener-bener menghidupkan film ini. Anggika emang ga pernah mengecewakan.

`Untuk Body Horrornya saya rasa film ini mampu memberikan suguhan adegan-adegan yang cukup disturbing dengan pendekatan yang agak eksplisit meskipun agak nanggung bagi saya pribadi namun untuk ditempatkan difilm ini yaa terbilang sangat tepat dan pas lah karena kalau mau nyari yang bener-bener gore nonton aja filmnya Timo. Dan komedinya juga bisa dibilang tidak membuat saya jijik karena terlampau garing, yaa kan biasanya film horror Indonesia kan gitu. Namun saya bisa jamin komedi difilm ini cukup efektif meskipun masih ada beberapa yang miss karena gak sesuai timingnya. Oiya, ada satu jumpscare difilm ini yang treatmentnya mirip banget ama salah satu jumpscare di makmum. Jumpscare yang build up tensenya cepet dan langsung to the point ke jumpscarenya. Untung dipakenya selalu sekali ya, karena kalau dua kali atau lebih jatohnya jadi norak dan gak efektif lagi.

    Meskipun gak dapet sajian horror yang diharapkan namun overal, Ghibah masih terbilang layak untuk dinikmati dan ditonton. Ga jelek dan ga bagus-bagus amat juga makanya saya bilang nanggung, tapi ya mending nanggung daripada jelek wkwk. Dan untuk kampusnya saya kenal banget itu di Sekolah Tinggi Multimedia Nusantara Yogyakarta, yaa karena saya pernah praktek kerja industri disana dan saya ingat semua hal di universitas tersebut karena itu adalah salah satu pengalaman paling memorable dalam hidup saya. Anjay sabi juga lu bos


RATE PRIBADI 5.0 / 10

Comments